Sekalipun kau suguhkan lentera di depan mataku
Mata ini masih gelap menerawang kalbu
Biarpun berteriak lantang di sisi kanan kiriku
Entah mengapa aku masih menganggapmu bisu
Kebuntuan logika merayap menerkam mencabik dinding kepercayaan
Menyeretku kembali ke jalan panjang nan gelap di perbatasan
Jalan sempit yang penuh tipuan dan jebakan
Haruskah aku menoleh ke belakang
Sedang jalan membujur lurus ke depan
Dengan bekal lentera berselimut noda
Serta doa harian ajaran para tetua
Sanggupkah diriku kini menanam rasa percaya
Tapi mengapa secepat ini
Mengapa tak menunggu pagi
Saat jalan terang oleh mentari
Haruskah kutempuh malam ini
Seakan besok tiada kehidupan lagi
Surabaya, 10 Desember 2014